Mengajari Anak Berwirausaha Sejak Kecil

credit

Oleh : Nafi'atud Darojad

Beberapa kali putriku Faza (5y3m) bilang ingin jualan di sekolah. Kapan hari ketika saya sedang membuat es lilin dari jus sirsak hasil panen kebun samping rumah, dia juga tanya apakah dia boleh menjual es lilin itu di sekolah atau di tempat mengajinya. Saya hanya diam saja ketika itu karena saya pikir dia akan kerepotan ntuk membawa es lilin itu sendiri di sekolah. Ya kalau habis, kalo tidak habis ntar malah kerepotan bawa pulang sisa es lilinnya. Lagian di sekolahnya, juga sudah ada wali murid yang jual es sejenis. 

Lalu saya ada ide dan bilang ke Faza kalau kita berdua nanti akan buat es lilin yang banyak dan dibagikan ke temen-temen mengajinya. Dia sempat kecewa tapi setelah saya beri penjelasan kalau di sekolahnya sudah ada wali murid yang menjual es sejenis, akhirnya Faza mau mengerti.

Trus kemarin lusa pas baca postingan teman kalau anaknya jualan kertas mewarnai, aku jadi teringat dengan keinginan Faza untuk jualan. Jadi muncul ide untuk coba tantangin Faza buat jual kertas mewarnai di sekolahannya. Dan dengan antusias dia jawab, "Mau! Tapi Bunda yang print-kan ya."

kertas mewarnai yang dijual Faza :)


Dan proses produksi pun kami lakukan bersama agar dia tahu bahwa untuk berjualan ada tahapannya sebelum mendapatkan produk yang akan dijual. Kami berdua googling dulu gambar mewarnai di internet, kemudian saya serahkan buat Faza memilih sendiri gambar-gambar yang mau dicetak.

Hari pertama berjualan, Faza  membawa tiga lembar kertas mewarnai saja. Alhamdulillah, laris manis.

Hari kedua, Faza membawa dua puluh empat lembar, sisa delapan lembar saja. Wuahh… Faza ternyata bakat bakul alias jualan. Hahaha… hal tersebut sudah jadi momamazing bagiku.

Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Faza menjual kertas menggambarnya bukan hanya di dalam kelas seperti yang saya lakukan dulu ketika belajar berjualan di sekolah saat SMP. Tapi saya dapat cerita dari salah satu wali murid yang juga jualan di sana, katanya saat pulang sekolah dia menawarkan dagangannya ke ibu-ibu yang juga berjualan di sana. Katanya sambil menunjukka kertas mewarnainya, “Aku jualan ini. Seribu dapat tiga.”

Melihat antusias Faza berjualan, ibu-ibu di sana yang membantu promosi ke wali murid yang lain dan anak-anak mereka. Soal pembayaran, Faza sendiri yang menerima uangnya.

(Dilain waktu, saat saya cerita ke Abinya kalo Faza tinggal terima uang pembayarannya, Abinya malah bilang, "Wah.. sudah bisa memperkerjakan orang lain ternyata.")

Saat Faza sudah di rumah, iseng-iseng saya tanyain tentang jualannya. Kata Faza, "Bun, sampai bingung aku nerima uangnya, ada yang minta kembalian." Haha.. Secara Faza belum tahu betul selain uang seribuan.

Dan dapat cerita lagi kalau tadi sehabis jualan, dia bilang ke penjual jus :

Faza : “Aku haus dan air bekalnya habis, boleh minta jusnya? Ntar Bunda yang bayarin.”
Penjual jus : "Loh, kan Faza sudah punya uang hasil jualan kertas mewarnai."
Faza : “Nggak boleh buat jajan pakai uang ini.”

Hahaha.. Saya tertawa bahagia mendengar cerita keberanian Faza menerima tantangan berjualan. Yang lebih mengagumkan lagi, dia memiliki inisiatif untuk menawarkannya. Memang sengaja, sebelum berangkat saya tidak mengajari dia bagaimana menawarkan barang dagangan dan waktu yang tepat untuk menjual. Saya hanya menjelaskan bahwa nanti dijualnya seribu dapat tiga dan uangnya ntar disimpan buat nge-print dan ditabung.

Syukur Alhamdulillah, Faza menunjukkan hal yang luar biasa dan membuat bangga kami sebagai orang tuanya. Melihat keberhasilan Faza, saya jadi lebih bersemangat lagi mengajari dia berwirausaha sesuai dengan umurnya.

Salam hangat,
Nafi'atud Darojad

1 komentar:

  1. wah bagus mba, dengan begitu anak mungkin lebih tau bagaimana susahnya orang tua mencari uang, dan mudah mudahan bisa mandiri dan cerdas mengatur keuangan...

    BalasHapus

 
  • Obrolan Kita © 2012 | Designed by Rumah Dijual, in collaboration with Web Hosting , Blogger Templates and WP Themes